Sanggar Jurnal Publikasi Nusantara
SANGGAR CENDEKIA NUSANTARA
081234567890

Akulturasi Hindu-Islam dalam Simbol Mahkota Siger Lampung

Oleh Dr. M. Agus Kurniawan, M.Pd.I,

Sorotan Karya News, 2025 — Simbol budaya dan identitas masyarakat Lampung, mahkota adat yang dikenal dengan sebutan Siger, kembali menarik perhatian dalam kajian kebudayaan dan agama. Dr. M. Agus Kurniawan, M.Pd.I, menyampaikan bahwa Siger bukan sekadar mahkota perhiasan tradisional, melainkan sebuah teks budaya yang mengandung makna mendalam dari proses akulturasi antara budaya Hindu dan Islam.

Menurut Agus Kurniawan, bentuk dan simbolisasi Siger yang menyerupai puncak gunung dengan tujuh hingga sembilan lekuk runcing memiliki akar historis dari masa kejayaan Hindu-Buddha di Nusantara. Ornamen bunga teratai dan motif naga yang menghiasi mahkota ini juga mencerminkan warisan ikonografi Hindu yang kental. Dalam tradisi lama, Siger dikenakan oleh perempuan bangsawan sebagai simbol kehormatan dan kesucian, sekaligus sebagai lambang spiritual dan kekuasaan.

Namun, seiring masuk dan berkembangnya agama Islam di Lampung sejak abad ke-15 hingga 16, proses reinterpretasi terhadap simbol-simbol ini berlangsung secara damai dan inklusif. Agus Kurniawan menjelaskan bahwa nilai-nilai Hindu seperti kosmologi "tujuh lapis langit" dan makna simbol naga perlahan diadaptasi ke dalam kerangka keimanan Islam, seperti konsep tauhid dan hierarki moral. Bahkan, jumlah lekuk dan motif ornamen mengalami perubahan makna, dari simbol keberadaan dewa dan kekuasaan menjadi representasi keimanan dan moralitas dalam Islam.

Lebih jauh, Agus menambahkan, proses Islamisasi ini tidak menyingkirkan bentuk dan makna lama, melainkan memperkaya simbol Siger dengan nilai-nilai Islam yang universal. Motif kaligrafi Arab dan unsur visual yang bertemakan tauhid serta kepribadian moral manusia, memperlihatkan bagaimana budaya lokal mampu menyerap dan mengintegrasikan keimanan baru tanpa kehilangan identitas leluhurnya.

Dalam konteks sosial dan budaya, Siger berfungsi sebagai simbol status dan kehormatan perempuan Muslim Lampung, serta sebagai media pendidikan karakter dan identitas kultural. Ia juga menjadi simbol keberagaman dan toleransi dalam kerangka multikulturalisme Indonesia. Agus menegaskan bahwa keberhasilan proses akulturasi ini memperlihatkan bahwa budaya lokal mampu menjadi jembatan damai dalam membangun harmoni keberagaman di tanah air.

Agus Kurniawan menutup penjelasannya dengan menegaskan bahwa pemaknaan ulang simbol Siger menunjukkan kekuatan budaya lokal dalam bertahan dan beradaptasi di tengah dinamika zaman. Ia menyarankan agar simbol ini terus dilestarikan dan diperkenalkan melalui berbagai platform, termasuk media digital, sebagai bagian dari warisan budaya yang hidup dan relevan bagi generasi masa depan.

Untuk informasi lengkap dan laporan mendalam tentang proses akulturasi budaya dan simbol Siger Lampung, kunjungi situs web Sorotan Karya News.

Sumber: Dr. M. Agus Kurniawan, M.Pd.I, Sorotan Karya News