Sanggar Jurnal Publikasi Nusantara
SANGGAR CENDEKIA NUSANTARA
081234567890

Tradisi Sastra Lisan Cangget di Lampung Tetap Relevan di Era Modern

Oleh Dr. M. Agus Kurniawan, M.Pd.I,

Sorotan Karya News, 2025 — Tradisi sastra lisan Cangget yang berkembang di Lampung tetap menunjukkan keberlangsungan dan dinamika yang luar biasa, meskipun dihadapkan pada tantangan zaman dan perubahan gaya hidup masyarakat. Dr. M. Agus Kurniawan, M.Pd.I, menyampaikan bahwa Cangget bukan sekadar pertunjukan seni tradisional, melainkan sebuah warisan budaya yang mengandung makna keagamaan, sosial, dan sejarah yang mendalam.

Agus Kurniawan menjelaskan bahwa tradisi Cangget berakar kuat dari proses Islamisasi di Lampung sejak abad ke-16. Melalui medium syair dan puisi bermelodi, Cangget telah menjadi wahana dakwah yang efektif sekaligus media pelestarian identitas budaya lokal. Tradisi ini menggabungkan unsur-unsur budaya Melayu, Arab, Jawa, dan budaya asli Lampung, sehingga menciptakan bentuk ekspresi yang khas dan unik. Ia juga menyoroti bahwa Cangget berfungsi sebagai media pendidikan moral, kritik sosial, serta simbol kohesi masyarakat Muslim Lampung.

Lebih jauh, Agus menuturkan bahwa evolusi Cangget dari masa ke masa menunjukkan adaptasi yang fleksibel. Pada masa awal, pertunjukan ini lebih banyak digunakan sebagai media dakwah dan pengajaran agama, dengan teknik storytelling yang memuat kisah-kisah nabi, legenda lokal, dan nasihat moral. Seiring waktu, fungsi Cangget meluas menjadi hiburan dalam acara pernikahan, khitanan, dan ritual keagamaan, sekaligus sebagai identitas budaya yang memperkuat solidaritas komunitas.

Dalam konteks estetika dan struktur, Agus menyebutkan bahwa Cangget memiliki komponen utama seperti pembukaan, isi utama, dan penutup yang diisi syair-syair religius, yang dibawakan dengan irama khas dan instrumen tradisional seperti rebana dan terbang. Penggunaan bahasa yang bersifat multilingual—menggabungkan bahasa Arab, Lampung, Melayu, dan Indonesia—menunjukkan identitas hybrid masyarakat Muslim Lampung yang mampu memadukan berbagai tradisi dalam satu ekspresi artistik yang harmonis.

Namun, Agus juga menyoroti tantangan besar yang dihadapi tradisi ini, terutama dari aspek regenerasi dan modernisasi. Banyak maestro Cangget yang sudah berusia lanjut dan minimnya penerus yang mampu dan mau melestarikan tradisi ini menyebabkan kekhawatiran akan terancam punahnya budaya ini di masa depan. Di sisi lain, perkembangan teknologi digital membuka peluang besar untuk dokumentasi dan promosi, seperti rekaman audio visual dan penggunaan platform media sosial, yang dapat membantu pelestarian dan memperkenalkan Cangget ke generasi muda yang lebih akrab dengan teknologi.

Agus menegaskan bahwa keberhasilan pelestarian tradisi Cangget memerlukan kolaborasi berbagai pihak, mulai dari pemerintah, akademisi, komunitas budaya, hingga masyarakat sendiri. Program edukasi, pelatihan, festival, dan digitalisasi arsip menjadi strategi penting agar warisan budaya ini tetap hidup dan relevan di tengah arus globalisasi.

Agus Kurniawan menutup penjelasannya dengan harapan agar tradisi Cangget terus dilestarikan sebagai bagian dari kekayaan budaya Islam Nusantara, sekaligus sebagai contoh keberhasilan proses akulturasi budaya yang harmonis dan inklusif.

Untuk informasi lengkap tentang evolusi dan pelestarian tradisi Cangget di Lampung, kunjungi situs web Sorotan Karya News.